Sabtu, 24 Mei 2008

Indahnya Ukhuwah Manisnya Iman (Risalah Buat Saudaraku)

Saudaraku Fillah…
  • Malam semakin larut, suasana semakin sunyi, yang terdengar hanya suara jangkrik, sesekali desiran angin menerpa pepohonan dan satu dua makhluk Allah terjaga dari tidurnya. Jarum jam yang berdetak semakin menambah kesenyapan malam dan mataku belum lagi dapat terpejam.
Masih terngiang dengan jelas semua ucapanmu dan masih melekat dengan kuat ekspresi wajahmu…Hhffff…hampir saja kita kehilangan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup kita. Yang akan menjadikan bumi terasa sempit, dada terasa sesak, langkah semakin berat dan tubuhpun lemah tak bertenaga.
Saudaraku… tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Tak teringat lagi telah berapa lama kita berkumpul dalam persaudaraan ini. Semangatmu, tutur katamu, tatapanmu dan juga senyummu sering menjadi cermin bagiku tuk tetap tegar dalam melangkah di jalan ini. Kebahagiaan yang kau rasakan adalah kebahagiaanku juga, kesedihanmu adalah kesedihanku dan lemahnya dirimupun dapat melemahkan diriku.
Tak heran jika dalam sebuah hadist dikatakan: “Orang mukmin itu ibarat satu tubuh, apabila ada anggota tubuhnya sakit maka seluruh tubuh akan merasakan sakitnya.” Dalam riwayat yang lain juga dikatakan: ”Tidak beriman seseorang dari kalian hingga dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya”.

Saudaraku, betapa banyak riwayat dari Rosulullah yang menganjurkan kita untuk senantiasa menjaga ukhuwah. Sebagaimana juga dalam riwayat berikut: “Barangsiapa yang hendak merasakan manisnya iman, hendaklah ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”. Di dalam Al Qur’anul Karimpun Allah Azza wa Jalla mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara”.
Maka sudah seyogyanya kita senantiasa meletakkan persaudaraan itu diatas yang lainnya. Mengutamakan ukhuwah dari kepentingan pribadi adalah ciri dari seorang mukmin yang baik akhlaknya. Bahkan ketika kita melihat sejarah para sahabatpun banyak yang memberikan teladan akan indahnya ukhuwah yang mereka jalani.
Masih ingatkah kita akan kisah Abdurrahman bin Auf ketika hijrah ke Yatsrib tanpa membawa sepeserpun kekayaannya dari Makkah, oleh seorang sahabat Anshar beliau ditawari untuk mengambil sebagian hartanya, bahkan isterinya sekalipun akan diceraikannya dan akan dinikahkan dengan beliau. Juga kisah tiga orang sahabat pada perang Uhud, mereka lebih mengutamakan yang lainnya daripada dirinya sendiri yang sangat membutuhkan seteguk air dan akhirnya mereka semuanya syahid tanpa meminum air setetespun. Dan masih banyak lagi kisah indahnya ukhuwah diantara para sahabat yang kesemuanya mengajarkan pada kita betapa pentingnya nilai dari persaudaraan ini.
Saudaraku…Persaudaraan karena Allah yang dilandasi semangat ta’awun dan tanashshuh (saling menolong, mengingatkan atau menasehati)ini insyaAllah akan abadi. Bahkan Allah Ta’ala akan memberikan naunganNya pada saat tidak ada lagi tempat bernaung selain naunganNya, yaitu di padang Mahsyar kelak. Orang-orang yang bercinta dan bersaudara karena Allah, disediakan bagi mereka mimbar-mimbar dari cahaya. Sebaliknya, persaudaraan tanpa dilandasi keimanan pada Allah akan mejadi musuh satu sama lain,seperti yang digambarkan Allah Ta’ala dalam firmanNya:
“Pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya.” (Qs.Abasa;34-36)

Semua persaudaraan dan persahabatan, baik karena nasab (keturunan), harta, jabatan dan kepentingan duniawi lainnya akan musnah dan bercerai berai jika tidak dilandasi persaudaraan karena Allah.

Saudaraku Fillah, jalan dakwah yang terbentang dihadapan kita masih panjang. Jalan ini adalah jalan kesusahan dan kesabaran yang berujung pada kebahagiaan. Pengorbanan demi pengorbanan senantiasa dituntut agar dapat istiqomah di jalan ini. Pengorbanan yang meliputi tenaga, waktu, fikiran, perasaan bahkan jiwa dan raga sekalipun merupakan sesuatu yang telah ditetapkan Allah. Para Nabi dan shiddiqin, orang-orang terdahulu dari umat ini, telah meninggalkan jejak pengorbanan yang luar biasa bagi kita. Namun dibalik kekuatan kita menghadapi tantangan dakwah ini, kita membutuhkan ukhuwah dan persaudaraan. Ukhuwah yang akan membuat kita kuat dan istiqomah. Dalam Al Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
"Berpegangteguhlah kamu pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai…”

Saudaraku…Kita membutuhkan persaudaraan yang kuat, ukhuwah yang utuh dan tidak mudah goyah apalagi hanya karena prasangka belaka. Berbaik sangka adalah modal utama dalam menjaga ukhuwah kita. Kita hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Apa yang terjadi diantara kita adalah sesuatu yang sunatullah. Ada-ada saja hal yang akan menguji kesabaran dan keimanan kita. Ketika ada masalah diantara kita, marilah kita selesaikan dengan musyawarah dan kekeluargaan. Jangan sampai buruk sangka membuat kita kehilangan kesabaran dan akal sehat kita. Buruk sangka hanya akan membakar emosi kita, menggerogoti iman kita dan menyakitkan hati kita. Sehingga persaudaraan akan berubah menjadi permusuhan, kedengkian, dan memunculkan rentetan penyakit hati lainnya.

Jika ada hal yang mengganjal, atau datang seseorang membawa berita yang tidak mengenakkan, segeralah kita mentabayyun (memperjelas) masalah tersebut langsung kepada sumbernya (QS.Al Hujurat; 6) Jangan sampai kita menjadi tentara-tentara syetan untuk Qiila wa Qoola, menceritakan aib saudara kita tanpa memperjelasnya terlebih dahulu. Jika sekiranya berita tersebut benar, berarti kita telah membantu saudara kita untuk mengingatkannya dan memperbaikinya dari kesalahan. Dan cukuplah aib saudaramu hanya bagi dirimu seorang. Sebab kitapun berharap agar aib kitapun hanya bagi Allah semata. Telah begitu banyak aib kita yang ditutup oleh Allah Ta’ala yang jika aib tersebut dibuka, maka takkan ada orang yang mau bergaul, apalagi mendengr dakwah kita. Bahkan di Yaumul Hisab pun Allah akan menutup aib orang-orang yang menutupi aib saudaranya.
Di hari At Taghobun, hari ditampakkannya kesalahan kesalahan manusia.

Saudaraku Fillah… Dengan mentabayyun akan memperjelas semuanya. Jika kita keliru menilai saudara kita, maka kita akan memperoleh keterangan yang jelas tentang keadaan yang sebenarnya. Hati kita akan terasa lapang, dada menjadi plong dan kita terhindar dari maksiat ghibah, namimah, tajassus dan berbagai kemungkaran lainnya yang akan semakin membuat terpuruknya ummat ini . Dalam QS. Al Hujurat : 12 Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain…”

Betapa indahnya ajaran Islam, betapa nikmatnya hidup berislam. Ketenangan dan kedamaian akan mewarnai hari-hari kita. Namun sayangnya belum banyak yang merasakan indahnya hidup dalam naungan Islam.Masih banyak saudara kita yang mengaku muslim namun berada jauh dari syariat Islam. Disinilah tugas kita. Mengajak saudara kita yang lain untuk turut serta menikmati keindahan Islam ini, demi terwujudnya Izzul Islam wal Muslimun.
Saudaraku, marilah kembali kita bergandengan tangan, merekatkan ukhuwah diantara kita. Membangun kembali persaudaraan yang hampir retak. Berjalan bersama menuju cita-cita. Meraih kebahagiaan dan keridhoan Allah. Jalan dakwah terbentang dihadapan kita. Mari kita gapai kemenangan bersama. Betapa bahagianya ketika melihat senyum kembali merekah, memancarkan sinar keikhlasan dari hati yang saling memaafkan. Always smile Ukh,Akh ! , “senyummu kepada saudaramu adalah shadaqah”. (Al Hadits).

Saudaraku…Tak terasa waktu telah beranjak meninggalkan pertengahan malam. Tiba saatnya bagi orang-orang yang khusyuk dan Ikhlas tuk menghadap Sang Khaliq. Bermunajat dalam dekapan malam, melantunkan bait-bait doa dan Istighfar. Melatih jiwa dan hati tuk mencintai akhirat, negeri abadi. Semoga kita termasuk di dalamnya. Semoga Allah Azza wa Jalla berkenan mengampuni dosa-dosa kita, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, baik yang kita sadari maupun yang tidak. Betapa banyaknya kita melalaikannya, sementara waktu terus berjalan. Hanya kepadaNyalah kembalinya segala urusan. Wallahu Waliyyut Taufiq. Kuakhiri risalah untukmu, semoga bermanfaat bagi siapapun yang membacanya, Amiin.
Serambi Madinah, Rabiul Akhir 1427 H.

sumber :ashar85.multiply.com/journal